Namaste from India

Saturday, February 17, 2007

Mobil - mobil termurah di dunia akan bermunculan dari India

(Tulisan ini juga telah dimuat di Koran Online - Kabar Indonesia edisi 18 Februari 2007.)


Keinginan dari kebanyakan warga yang saat ini masih bepergian dengan kendaraan roda dua (sepeda motor) untuk pindah ke kendaraan roda empat alias mobil pribadi, tidak lama lagi merupakan “impian yang jadi kenyataan”.
Paling tidak cerita ini sedang dinikmati oleh warga di negara India saat ini.

Adalah Tata Motors Ltd. yang akan mewujudkan impian tersebut.
Tata Motors yang dulunya bernama TELCO (Tata Engineering and Locomotive Company) merupakan perusahaan produsen mobil dan kendaraan komersial terbesar di India, sekaligus menempati urutan ke-5 dalam daftar produsen kendaraan komersial di dunia.
Tata Motors merupakan anak perusahaan Tata and Sons Group, yang didirikan oleh Jamsetji Tata, dan saat ini dipimpin oleh Ratan Tata.
Impian sejak lama Ratan Tata, boss Tata Groups ini adalah memproduksi mobil dengan harga Rs. 1 lakh (sekitar US$ 2200). Lakh adalah salah satu istilah dalam sistem penamaan bilangan yang dipakai di India dan negara-negara di Asia Selatan lainnya. 1 Lakh setara seratus ribu (10 pangkat 5). 1 lakh rupee sama dengan seratus ribu rupee. 1 rupee India sendiri hampir sama dengan 200 rupiah. Berarti harga mobil baru produksi Tata Motors ini kurang dari 20 juta rupiah, suatu harga yang menggiurkan bagi siapa saja yang telah lama bermimpi untuk punya mobil pribadi baru.
Yang pasti mobil ini akan menjadi mobil termurah di dunia. Sekarang ini dengan memiliki uang 20 juta rupiah ditangan, rasanya masih sulit bagi kita untuk mendapatkan mobil bekas dalam kondisi baik, namun Tata menjanjikan mobil yang benar-benar gres dengan harga sebesar itu.
Boss Tata Group ini berbicara didepan para pemegang sahamnya bahwa mobil baru ini akan menciptakan revolusi bagi rakyat India. Tidak diragukan lagi memang dia benar tentang itu. Ini akan menjadi sebuah revolusi besar tidak hanya bagi rakyat India namun juga bagi seluruh dunia. Mobil dengan harga Rs. 1 lakh tersebut bagaikan mesin impian bagi jutaan orang yang saat ini tidak mampu membeli mobil karena harganya yang sangat tinggi.
Tetap melangkah meskipun banyak suara sinis dan meragukan dari para pesaingnya, termasuk dari Suzuki Motor Corporation yang berpikiran tidak mungkin memproduksi mobil dengan harga jual seperti itu, namun Tata sangat percaya diri bahwa disaat peluncurannya nantilah yang akan menjawab semua keraguan itu.
Tata Motors merencanakan akan meluncurkan mobil Rs. 1 lakh yang bertipe “compact car” ini pada tahun 2008.
Tahap pendesaianan telah selesai dan prototipe mobil tersebut saat ini dalam proses pengujicobaan, kata Ratan Tata untuk menepis banyak kecurigaan bahwa proyek ini terlalu ambisius untuk diwujudkan.
Mobil berpintu empat dengan kapasitas 5 orang dan rear engine berkemampuan maksimum 30 hp ini akan membawa kita ke masa-masa mobil Beetle dulu.
Mobil ini bukanlah skuter, three-wheeler, atau auto-rickshaw yang diubah jadi bentuk mobil. Jenis yang pertama diluncurkan adalah versi petrol, dan kemudian akan disusul dengan versi diesel.
Ini akan menjadi mobil termurah dan yang jelas tidak memiliki high speed seperti pada mobil yang lebih besar, tapi memiliki teknologi CVT (Continuosly Variable Transmission) yang berarti tidak memerlukan perubahan perseneling.

Kendaraan ini juga nantinya akan diekspor ke negara-negara sedang berkembang lainnya termasuk Indonesia, tergantung dari kesuksesan pemasarannya di India sendiri.
Sebagai bagian dari rencana Tata untuk membuat mobil-mobil berharga murah, perusahaan ini juga terus menjajaki kemungkinan untuk memproduksi mobil dari bahan plastik rekayasa yang disiapkan oleh General Electric (GE). Sementara mobil Rs. 1 lakh ini masih dibuat dari bahan baja.
Harga mobil ini memang masih dibawah dari separoh harga mobil termurah yang ada di jalanan India saat ini, sehingga masih terjangkau oleh rakyat kebanyakan.
Tentu banyak keluarga yang masih bepergian sambil merasakan panasnya sinar matahari dan menghirup debu jalanan dengan sepeda motor akan mendapat alternatif untuk menggantinya dengan mobil ini.
Mobil – mobil murah ini akan segera bermunculan dari India dan memenuhi jalan – jalan raya di India dan negara-negara berkembang lainnya termasuk Indonesia, pertanyaan yang muncul kemudian, akan cukupkah jalan-jalan raya tersebut untuk menampung banyak mobil seperti ini?

Fluctuating mercury after winter 2007 makes my cough persistently
Eko Murwanto, Roorkee - India who listen to Lionel Richie's Deep River Woman

Alhamdulilah, tulisan ini juga terpilih sebagai "Weekly Top Views - Kabar Indonesia.com" periode 17 - 23 Februari 2007.

Read more!

Sunday, January 07, 2007

Belajar Gratis pada Perguruan Tinggi Papan Atas Dunia

(Tulisan ini juga telah dimuat di Koran Online - Kabar Indonesia edisi 8 Januari 2007.)



Apa yang terlintas dibenak anda, bila mendengar nama Universitas Columbia, Cornell, Harvard, Princetown, Yale dan lain-lain. Anda akan menyebutkan itu adalah nama –nama universitas atau perguruan tinggi papan atas di negara Paman Sam. Pernahkah juga anda membayangkan bisa menuntut ilmu dari universitas-universitas tersebut, mungkin juga anda akan malas membayangkannya karena jelas tergambar di khayalan anda begitu ketatnya persaingan yang akan anda lalui selain biaya yang tidak sedikit untuk bisa menembus masuk kesana.

Tapi jangan pesimis dulu, kalau hanya sekedar untuk menuntut ilmu yang telah diajarkan di perguruan tinggi tersebut, anda dapat melakukannya dari tempat anda berada dengan mudah. Dan ini telah dimulai oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang merupakan salah satu dari perguruan tinggi papan atas di Amerika dan merupakan pemimpin dalam sains dan teknologi disamping banyak bidang ilmu lainnya.

Menurut harian internasional The Christian Science Monitor edisi 4 Januari 2007, sebelum akhir tahun ini semua materi dari 1.800 kursus yang diajarkan di MIT, salah satu dari universitas paling bergengsi didunia akan tersedia online bagi siapa saja, dimana saja di dunia tanpa harus mendaftar dulu untuk mengikuti kelas, dan semua bisa diakses dengan mudah. Sementara ini MIT telah menyediakan 1.550 kursusnya. Soal biaya, jangan khawatir, semuanya gratis.

Ini adalah proyek OpenCourseWare (OCW) yang dimulai di MIT pada 2002 dan sekarang telah dikembangkan juga ke 120 universitas lain di dunia, memiliki misi untuk mendistribusikan ilmu pengetahuan jauh melewati dinding penyekat kampus-kampus universitas elit bagi siapa saja yang memiliki koneksi internet dan kemauan untuk belajar.

Dengan kredo Kedermawanan Intelektual (Intelectual Philantropy), OCW memberikan akses gratis untuk materi-materi kursus seperti silabus, kuliah lewat audio atau video, diktat, pekerjaan rumah, ilustrasi dan lain-lain. Sejauh ini, dengan memberikan materi-materinya, universitas ini bukannya menghalangi pelajar untuk mendaftarkan diri sebagai mahasiswa, tetapi materi ini diharapkan dapat meningkatkan keingintahuan pada banyak pelajar.

“Kami sangat meyakini bahwa pendidikan dapat dikatakan berkembang dengan baik ketika pengetahuan itu dapat diperoleh secara terbuka dan bebas dan MIT memanfaatkan kekuatan sumber daya internet untuk menyampaikan semua materi-materi pendidikan yang diciptakan disini”, demikian kata Anne Margulies, direktur eksekutif program OWC di MIT.

Margulies juga menambahkan, situs MIT (ocw.mit.edu), bersama-sama dengan situs-situs pengiringnya yang menerjemahkan materi kursus ke bahasa-bahasa lain, sekarang mendapatkan kunjungan kurang lebih 1.4 juta perbulannya dari para pembelajar diseluruh penjuru dunia, termasuk Irak, Darfur bahkan Antartika. Kami telah mendengar cerita-cerita inspirasional dari siswa-siswa ini tentang bagaimana mereka menggunakan materi yang tersedia untuk mengubah hidup mereka. Hal ini benar-benar memotivasi.

Sebenarnya apa yang disebut Belajar Jarak Jauh (distance learning) lewat internet ini bukanlah suatu yang baru. Para pelajar sudah lama dapat membayar untuk ikut kursus-kursus online pada banyak institusi pendidikan, baik itu dengan mengambil kredit mata kuliah atau hanya mengikuti program pendidikan orang dewasa.
Namun volume materi yang lengkap dan keragaman materi pendidikan yang ditawarkan oleh MIT dan mitra-mitra OCW-nya tidak kalah menariknya.

Inisiatif MIT ini diawali dari ide untuk memudahkan akses para dosen di universitas-universitas lain untuk mengetahui bagaimana para profesor di MIT dalam mengadakan pendekatan terhadap subyek yang diajarkan. Namun setelah proyek OCW ini online, para akademisi disana dengan cepat menyadari bahwa ini memiliki dua kelompok besar, yaitu siswa-siswa di luar MIT yang ingin mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki dan para pembelajar mandiri, yang tidak mengejar pendidikan formal namun tertarik dalam meningkatkan pengetahuannya.

Selain materi kursus, MIT juga ingin menunjukkan metode pengajarannya. Banyak sekolah masih memakai model tradisional, yaitu mengajar teori dulu, lalu siswa mempraktekkan apa yang telah mereka pelajari. Tetapi MIT memiliki metode pengajaran praktek-teori-praktek yang bertujuan agar siswa terlibat dan antusias dengan mudah sebelum tenggelam lebih dalam ke teori.

Dari beberapa testimoni yang ditulis oleh orang-orang yang telah mengambil manfaat dari program ini, ada beberapa yang menarik untuk disimak.

Chen Zhiying, seorang pelajar dari Cina menulis : “Saya adalah mahasiswa fisika di Cina. Saya mengetahui tentang MIT OCW dari guru saya. Lalu saya mengunjungi situsnya dan mengunduh (download) beberapa materi pelajaran Fisika. Dengan membacanya, saya memperoleh ketrampilan dan pengalaman berharga dalam studi. Di masa lalu, lantaran karena biaya, banyak pelajar cerdas dan berbakat hebat tidak memiliki kesempatan untuk mempelajari pengetahuan terkini dan mengeksplorasi alam semesta. Namun kini, berkat OCW, ilmu pengetahuan akan tersebar luas pada lebih banyak orang, dan ini bermanfaat bagi peradaban manusia”.

Seorang arsitek dan pendidik dari Universitas Indonesia, Prof. Triatno Yudo Harjoko menulis : “Ini merupakan posisi MIT yang luar biasa dan tak tertandingi dalam memberikan akses pelajaran yang bermutu bagi dunia. Saya adalah warganegara dari negara sedang berkembang dan ingin menyampaikan rasa terimakasih atas upayanya”.

Seorang warganegara Azerbaizan menulis : "Terimakasih banyak OCW. Ini inisiatif yang luar biasa, sesuatu yang telah lama saya impikan. Memberikan kesempatan luas untuk mempelajari hal-hal baru dan meningkatkan pendidikan yang saya miliki. Belajar jarak jauh yang komersil terlalu mahal bagi rakyat di negara saya, namun upaya yang telah dibuat ini benar-benar pendidikan bermutu yang tersedia dengan murah. Terimakasih untuk video materi kursus, dan memiliki materi ini sangat luar biasa. Terimakasih, terimakasih sekali lagi.”

Memang upaya yang dilakukan oleh OCW ini adalah sesuatu langkah yang brilian dan sangat langka dimana banyak dunia pendidikan dewasa ini telah condong pada hukum bisnis dan uang. Dan OCW telah mengembalikan pendidikan pada nilainya yang paling mendasar yaitu : “Informasi yang terbuka dan tersedia bagi semua”.

Jadi, jangan patah semangat untuk terus belajar, tingkatkan terus kemampuan diri anda, pada tahun-tahun mendatang anda akan lebih mudah lagi mengakses ilmu pengetahuan dan informasi terkini. Karena penguasaan ilmu pengetahuan dan informasi adalah kunci untuk menjadi masyarakat modern.

Salam,

Eko Murwanto
M.Tech Student – IIT Roorkee, India

Alhamdulilah, tulisan ini juga terpilih sebagai "Weekly Top Views - Kabar Indonesia.com" periode Minggu-II Januari 2007.

Labels:


Read more!

Friday, December 15, 2006

Kecanduan Internet di India

Teman saya Govhal Kumar, seorang mahasiswa India bercerita tentang dirinya. Semenjak bisa mengakses internet dengan mudah dari kamar asramanya, dia merasakan perubahan dalam dirinya. Waktu tidur yang kurang, mungkin kurang dari 3 jam tiap harinya karena banyak digunakan untuk online membuat dia kurang segar dibandingkan waktu dulu sebelum akses internet dari kamar asrama ini dimulai.

Laksmi, teman saya yang lainnya, juga mahasiswa India malah mengaku tidak bisa jauh dari laptop Apple-nya. Dia menghabiskan 5 sampai 10 jam setiap hari untuk menjelajah (browsing) di internet. Dia menganggap hal ini suatu keharusan, namun kalau itu suatu keharusan, kenapa teman-teman saya yang lain tidak sampai menghabiskan waktu untuk browsing sebanyak dia.
Lain lagi dosen saya yang perlente Dr. Dypak Karhe, dia tidak pernah terpikir bisa jauh dari ponsel Blackberry-nya. “It doesn’t leave my side”, katanya. He..he..he.. bisa-bisanya dia.

Inilah fenomena baru yang terjadi di India. Saat ini semakin banyak orang India yang mengecek e-mail-nya dengan ditemani secangkir chai (teh) dipagi hari dan masuk ke chatroom dimalam hari. Saya sendiripun tidak luput berperilaku seperti itu.
Menurut laporan I-Cube 2006 yang dikeluarkan oleh Internet and Mobile Association of India dan IMRB International, jumlah “pecandu berat” Internet di India telah berlipat dua lebih sejak tahun 2001. Laporan ini juga menyebutkan, karena sulitnya menarik diri dari Internet, semakin banyak orang India yang beresiko kecanduan Intrenet.

Dr. Nilesh Mahadeo Naphade, seorang psikiater di Pune, Maharashtra - India menyebut ini sejenis Impulse Control Disorder, yaitu dimana ketika kita tidak mampu menahan dorongan hati untuk berselancar di Internet. Perilaku kecanduan Internet yang kompulsif ini telah menarik perhatian dunia. Klinik-klinik untuk masalah ini bermunculan di kota-kota dari Bradford dan Connecticut sampai Amsterdam dan Beijing, begitu juga beberapa universitas telah mendirikan kelompok bimbingan bagi mahasiswa yang tidak dapat melepaskan diri dari jejaring World Wide Web ini.
Sejumlah grup-grup diskusi online, seperti Internet Addicts Anonymous, Gaming Addiction dan Internet Addicts Recovery Club telah dibuat bagi para pecandu Internet ini untuk berbagi pengalaman pribadinya.

Memang belum diketahui pasti, seberapa lama waktu online yang dianggap berbahaya. Tetapi, Maresa Hecht Orzack, direktur Computer Addiction Services di McLean Hospital, Belmont – AS memberi saran bahwa cara terbaik untuk mengukur penggunaan Internet yang berlebihan adalah dengan hilangnya interaksi pada hubungan, karir dan keuangan.

Dalam dua tahun terakhir, ungkap Dr. Indu Harisinghani, seorang terapis keluarga di New Delhi, adanya peningkatan jumlah orang yang percaya bahwa memburuknya hubungan, prestasi di sekolah atau peluang di tempat kerja akibat berjam-jam di Internet. Banyak orang yang merasa terbebani pikiran ber-internet, meskipun selagi mereka tidak sedang ber-internet (offline). Sementara yang lain mengaku harus berbohong untuk menutup-nutupi kebiasaan surfing mereka yang keterlaluan.

Menurut Elias Aboujaoude, direktur Impulse Control Disorders Clinic di Stanford, semuanya berawal dari ngobrol (chatting) yang tak berkesudahan, ngeblog (blogging), browsing, sampai memeriksa e-mail setiap beberapa menit. Ini semua dapat meningkatkan sampai taraf kecanduan internet.
The Stanford Institute for the Quantitative Study of Society (SIQSS) menyatakan bahwa para pemuda dan kaum lajang adalah yang lebih banyak terobsesi dengan internet dan satu jam yang dihabiskan untuk online sama kadarnya dengan mengurangi waktu tatap muka dengan anggota keluarga hampir selama 24 menit dan waktu tidur hampir sekitar 12 menit.

Namun Dr. Naphade percaya bahwa internet bisa menjadi pelarian dari stress dan problem sehari-hari bagi banyak orang. Inilah yang membuat para remaja sampai orang-orang tua diatas 50 thn semakin masuk kedalam kondisi kecanduan internet, katanya.
Para pakar berpendapat bahwa Web (world wide web) dapat menjadi cara bagi mahasiswa atau pelajar untuk menghindari kegagalan dan penolakan yang sering ditemui dalam perkembangan sosial mereka. Kata Dr. Naphade, remaja laki-laki sebagian besar kecanduan situs-situs pornografi dan game online, sementara perempuannya kebanyakan ke situs-situs kencan online. Menurutnya, banyak remaja yang jelas-jelas ingin tahu tentang subyek-subyek seperti sex, kematian, bunuh diri bahkan parapsikologi, dan karena minimnya pengawasan orang tua atau dukungan sebaya, menyebabkan mereka semakin terperosok ke Web. Ini juga yang menumbuhkan konsep seksual abnormal dalam diri remaja, yang akhirnya mendorong mereka ke masalah-masalah seksual, tambahnya.

Menurut Dr. Haringshani, ketika kita merasakan ketidaknyamanan baik secara emosi maupun fisik setelah berhenti surfing, inilah waktunya untuk bertindak. Avers Akila Nagaswamy, seorang psikolog di Bangalore mengatakan Kecanduan Internet (Internet Addiction) adalah lebih merupakan gangguan yang berasal dari prioritas yang bercampuraduk dimana tujuan dan rencana hidup menjadi prioritas kurang penting dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan untuk online. Seperti Pratik Marwah, wirausahawan dari Indore, yang mendapatkan kesenangan dari bermain game online selama lebih 30 sampai 40 jam seminggu. Keluarganya terpaksa melibatkan psikiater ketika berat badannya bertambah dengan cepat dan penampilannya lebih mirip zombie.

Dr. Naphade mengingatkan bahwa surfing Internet yang berlebihan dapat mengarah ke ekstra ketergantungan pada Internet, menambah perasaan kesendirian dan temperamental, kepercayaan diri yang terganggu, mengganggu jam biologis dan menyebabkan penarikan secara sosio-verbal, bahkan menjadi depresi.

Jadi menjauhlah dari Internet ketika dia mulai menguasai diri anda !

PS : Buat teman-teman saya, terutama di kamar S11 dan S12,
hati-hati jangan terlalu tenggelam di Internet, nanti kecanduan. He..he..he.
Oh ya, ada salam dari Gophal Kumar untuk kalian, “kapan kita reunian ?”, katanya.







S9, Khosla Bhawan, lewat tengah malam, disaat Winter mulai menggigit.


Labels: ,


Read more!

Sunday, December 10, 2006

SISTEM KASTA INDIA MODERN

Para pemimpin India dewasa ini telah menentukan bahwa India akan menjadi sebuah negara yang demokratis, sosialis dan sekuler. Menurut undang-undang, ada pemisahan antara agama dan negara. Tindakan penghinaan atau pendiskriminasian terhadap seseorang berdasarkan kastanya sangat dilarang. Bersamaan dengan hukum ini, pemerintah menerapkan Diskriminasi Positif bagi kaum tertindas di India.

Diskriminasi Positif (Positive Discrimination / Affirmative Action) adalah kebijakan / program pemerintah yang bertujuan untuk mengkoreksi praktek diskriminasi dimasa lalu dan sekarang melalui tindakan-tindakan aktif untuk menjamin persamaan hak untuk memperoleh kesempatan di dalam pekerjaan dan pendidikan.

Saat ini masyarakat India juga lebih fleksibel dalam pengaturan sistem kasta mereka. Umumnya masyarakat perkotaan di India tidak terlalu peduli dalam sistem kasta dibandingkan masyarakat pedesaan. Di kota-kota bisa terlihat orang dari kasta yang berbeda berinteraksi satu sama lain, sementara di beberapa desa masih ada diskriminasi yang didasarkan kasta dan seringkali juga terhadap kaum paria atau kaum diluar kasta (untouchable). Kadang-kadang baik didesa maupun dikota, masih seringkali terjadi bentrokan sehubungan dengan ketegangan antar kasta. Kasta tinggi menyerang kasta rendah yang berani untuk mengangkat status mereka. Akibatnya Kasta rendah menjauhkan diri dari Kasta tinggi.

Di India modern, istilah Kasta (caste), diperkenalkan oleh Kolonial Inggris yang menguasai India sampai 1947. Inggris yang ingin menguasai India, secara efisien membuat daftar masyarakat India. Mereka menggunakan dua istilah untuk menggambarkan komunitas India, yaitu Caste dan Tribes. Istilah Kasta digunakan untuk Jat dan Varna. Tribes adalah komunitas yang hidup di kedalaman hutan, rimba dan pegunungan yang jauh dari keramaian dan juga bagi komunitas yang sulit untuk diberi kasta contohnya komunitas yang mencari nafkah dari mencuri atau merampok. Daftar-daftar inilah yang dipakai juga oleh Pemerintah India untuk menciptakan daftar komunitas yang diberlakukan Diskriminasi Positif.

Masyarakat India dari golongan elit digolongkan kasta tinggi. Komunitas lain diklasifikasikan kasta rendah atau kelas rendah. Kelas rendah ini dibagi lagi dalam 3 kategori. Kategori pertama disebut Scheduled Castes (SC), atau disebut juga Dalit. Yang masuk kategori ini adalah masyarakat dari luar kasta (paria). Kaum ini eksis di tingkatan yang sangat rendah. Sampai akhir tahun 80-an, mereka disebut Harijan, artinya anak Tuhan. Julukan ini diberikan oleh Mahatma Ghandi pada mereka agar masyarakat dapat menerima kaum paria ini diantara mereka.

Kategori kedua adalah Scheduled Tribes (ST). Kategori ini termasuk didalamnya masyarakat yang tidak menerima sistem kasta dan lebih suka hidup di kedalaman hutan, rimba dan pegunungan di India, jauh dari keramaian masyarakat. ST juga disebut Adivasis yang berarti penduduk asli. Untuk golongan ini Ghandi memberi nama Girijan, yang artinya orang2 bukit. Masyarakat ST ini banyak terdapat di negara bagian Orissa, Bihar, Jharkhand dan di negara bagian ujung timur laut india, Mizoram.

Kategori ketiga sering disebut Other Backward Classes (OBC) atau Backward Classes. Kategori ini termasuk didalamnya kasta dari Sudra Varna dan juga mantan paria yang telah pindah dari Hindu ke agama lain. Kategori ini juga mencakup nomad dan tribes yang mencari nafkah dari tindakan kriminal.

Menurut kebijakan pemerintah pusat, tiga kategori ini berhak masuk dalam Diskriminasi Positif. Kadang2 tiga kategori ini didefinisikan bersama sebagai Backward Classes. 15% dari populasi India adalah SC. Menurut kebijakan pemerintah pusat 15% dari pekerjaan dipemerintahan dan 15% dari mahasiswa yang masuk ke perguruan tinggi berasal dari SC. Bagi ST sekitar 7.5% dialokasikan bagi mereka yang memiliki 7.5% dari populasi India. OBC sekitar 50% dari populasi India, namun hanya diberi 27% pekerjaan pemerintah bagi mereka.

Selain pemerintah pusat, pemerintah negara bagian juga menerapkan kebijakan diskriminasi positif ini. Tiap2 negara bagian memiliki proporsi tersendiri untuk diterapkan pada diskriminasi positif ini berdasarkan populasi masing2 negara bagian. Masing2 pemerintah negara bagian memiliki daftar komunitas yang berbeda pula untuk diskriminasi positif ini. Kadang2 komunitas tertentu diberikan hak di satu negara bagian, sementara dinegara bagian lainnya tidak.

Di India modern sekarang, ketegangan mulai timbul karena kebijakan diskriminasi positif ini. Komunitas dari kasta tinggi merasa terdiskriminasi oleh kebijakan pemerintah untuk mengalokasikan posisi bagi Backward Class. Dalam beberapa kasus, sejumlah kasta tinggi bersaing untuk mendapatkan tempat bagi mereka. Sementara anggota dari BC tidak perlu bersaing sama sekali karena ada sejumlah besar kuota/jatah sudah dipersiapkan bagi mereka. Kadang2 untuk memenuhi kuota ini, kandidat dari kasta rendah diterima meskipun mereka tidak berkompetensi untuk posisi tersebut. Kadang2 juga posisi yang telah dialokasikan ini tetap dibiarkan kosong karena hanya ada beberapa kandidat dari kasta rendah, dan hal inilah menyebabkan ketegangan di antara kasta.
Diantara kasta rendah sendiri ada juga ketegangan terhadap reservasi ini.

Dalam urutan prioritas untuk reservasi bagi Backward Class, adalah sebagai berikut : SC, ST dan OBC. Seperti yang disebutkan diawal, OBC sekitar 50% dari populasi India namun hanya 27% dari OBC ini berhak atas diskriminasi positif menurut kebijakan pemerintah pusat. Beberapa komunitas OBC sedang mengorganisir secara politik agar mereka diakui sebagai BC yang berhak atas diskriminasi positif.

ST yang dianggap sebagai penduduk asli India memegang kepemilikan dan hak2 tertentu terhadap tanah India. Banyak komunitas di India juga asli India dan mereka menuntut hak yang sama seperti ST.

Identitas kasta ini telah menjadi subjek interpretasi politik, social dan hukum. Komunitas yang terdaftar untuk diskriminasi positif ini tetap tidak bisa keluar dari daftar ini meskipun kondisi sosial dan politik mereka telah membaik. Dalam banyak kasus sistem hukum dilibatkan untuk menentukan apakah seseorang tertentu masuk dalam diskriminasi positif.

Namun dengan semua kebijakan diskriminasi positif yang dijalankan ini, sebagian besar masyarakat yang masuk dalam kasta rendah tetap rendah didalam tingkatan sosial pada saat ini. Sementara masyarakat yang berada pada kasta tinggi tetap tinggi dalam hirarki sosial. Sebagian besar pekerjaan rendahan sampai saat ini tetap dikerjakan oleh Dalit, sementara Kaum Brahmana tetap pada puncak hirarki dengan menjadi dokter, insinyur dan ahli hukum di India.

S9, Khosla Bhawan

Labels: ,


Read more!

Friday, November 24, 2006

Cerita dari sebuah blog bernama Dooce.

(Tulisan ini juga telah dimuat di Koran Online - Kabar Indonesia edisi 26 November 2006.)

Gelombang udara dingin mulai menjalar dikota Roorkee ini, tempat saya tinggal. Suhu dikamar terbaca 17 derajat malam minggu ini. Baru saja saya menyelesaikan pekerjaan data-feeding, begitu istilah dosen pembimbing saya untuk menginput data ke komputer, sebagai bagian dari penyusunan tesis yang dua hari lalu baru saya mulai. Jam dikomputer menunjukkan angka 1.30 malam, badan sudah terasa penat, sudah ingin rebahan rasanya, tetapi seketika di pikiran saya terlintas sebuah judul yang menarik dari sebuah artikel. Komputer akhirnya tidak jadi saya padamkan.


BLOGGING FOR A LIVING, begitulah judul sebuah artikel di majalah mingguan The Economist beberapa hari yang lalu. Judulnya begitu menarik (eye-catching) perhatian saya, sehingga mendorong saya untuk mengetahui lebih banyak apa maksud dari “ngeblog untuk mencari nafkah” itu.

Didalam artikel itu diceritakan bahwa sekarang banyak orang yang dengan berani atau istilahnya nekat berhenti dari pekerjaannya untuk pindah pekerjaan ngeblog.
Contohnya Heather Armstrong (30 tahun) dengan blognya yang dia beri nama Dooce.

Satu tahun lalu (Agustus 2005), blognya ini menduduki rangking ke-9 pada Technocrati Top 100 dan mulai menghasilkan pendapatan yang cukup besar dari iklan yang dipasang didalamnya. Diantaranya dia menyebutkan program Google AdSense dan AdBrite.
Dengan berani, Heather mengklaim hasil dari iklan tersebut menjadi sumber nafkah utama bagi keluarganya.

Ternyata dia tidak sendirian.Ada banyak orang belakangan ini yang meyakini trend baru ini, blogging as a small business.

Karena penasaran, langsung saja saya melongok masuk keblognya Heather Armstrong itu (Dooce).

Dalam kata pengantar diblognya, Heather menuliskan :

My name is Heather B. Armstrong. Some of you may remember me as Heather B. Hamilton. I am married to a charming geek named Jon. We live in Salt Lake City, Utah, with our two-year-old daughter, Leta Elise, and our four-year-old dog, Chuck.

In a previous life I was a web designer. I lived in Los Angeles, California, for several years where I worked for drug-addicted executives and discovered what life was like as a recovering Mormon. This means that life was filled with PowerPoint templates and lethal amounts of tequila. I dated several actors and met a handful of celebrities. Everything you’ve ever heard about Los Angeles is absolutely true, especially the parts about traffic and actors: they really are that bad.


Dia mulai membuat blog di bulan Februari 2001, dengan nama samaran Dooce. Kata Dooce berawal dari ketidakmampuannya untuk menyebutkan kata “dude” (teman pria) selama dia chatting dengan mantan rekan-rekan sekerjanya. Setahun kemudian dia dipecat dari pekerjaannya karena dalam blognya ini dia menuliskan cerita tentang tingkah laku orang-orang ditempat kerjanya. Dari pengalamannya ini, dia memberi nasehat pada kita BE YE NOT SO STUPID (jangan berbuat bodoh), jangan sekali-kali menuliskan tentang pekerjaan di Internet, kecuali bos kita tahu dan memberikan izin untuk melakukan itu.

Sebenarnya blog ini sederhana, menceritakan perjalanan hidupnya dari ketika dia masih gadis dan mendapatkan uang banyak sebagai desainer web di Los Angeles, ketika dia berkencan dengan pria yang sekarang menjadi suaminya, ketika dia kehilangan pekerjaannya dan menjalani hidup sebagai pemabuk yang pengangguran, ketika dia menikah dan pindah ke Utah, ketika dia hamil, ketika dia muntah selama kehamilan, terus melahirkan setelah itu depresi pasca persalinan yang membuat dia masuk kerumah sakit rehabilitasi mental. Tapi “I’m better now”, katanya.

“Saya biasanya ngeblog dipagi hari sebelum suami berangkat kerja atau ketika anak perempuan saya masih tidur. Saya juga punya babysitter yang datang beberapa jam dalam sehari, sehingga saya dapat bekerja maksimal tanpa ada gangguan tangisan bayi, di jam-jam itulah saya biasa ngeblog. Saya kadang-kadang dapat mengalihkan perhatiannya cukup lama dengan gambar-gambar kartun sehingga saya dapat menulis satu atau dua tulisan untuk dipostingkan, namun dia biasanya mendekati saya dengan laptop yang sedang terbuka, dan itu seolah-olah dia berkata : Ibu tidak lagi memberikan perhatian penuh padaku, dan sekarang dia pasti menderita.”
Bagi orang-orang seperti Heather Armstrong, yang blognya memiliki rata-rata kunjungan 1 juta hit setiap bulannya, pekerjaan ngeblog (blogging) menjadi sangat berharga. Namun hal ini tidak sama bagi setiap orang, katanya. Dia bekerja rata-rata tujuh jam sehari untuk mengerjakan blognya, dan terus bekerja bahkan pada hari libur.

Yang jelas, dalam pikiran saya orang-orang seperti Heather ini adalah profesional, melakukan sesuatu pekerjaan dengan pemikiran yang matang, perencanaan yang baik dan disiplin diri dalam berkerja disamping tugas utamanya sebagai seorang ibu.

Alhamdulilah, malam ini saya telah belajar dari orang-orang seperti itu, meskipun saya sudah ngantuk tapi saya berusaha menyelesaikan tulisan ini, sekaligus belajar meringkas informasi berita, walaupun singkat tapi dengan harapan dapat dibaca dan memberikan manfaat bagi teman-teman lain.

Karena akhir – akhir ini, teman – teman saya pada asyik ngeblog sih.
Tapi saya tidak tahu, apakah mereka juga berani berhenti bekerja ? Ha...ha...ha.
Siapa tahu.

S9, Khosla Bhawan.

Read more!

Sunday, October 22, 2006

DUNIA KHOSLA


bagi teman-teman setanah air yang pernah mondok di Khosla Bhawan,
bagi rekan-rekan sesama foreigner yang pernah mondok di Khosla International House,
bagi siapa saja yang pernah mempelajari teori Khosla,
dan bagi junior ditanah air yang sedang mempersiapkan diri untuk masuk ke negeri Khosla.

Khoslaians,…khoslaians….wherever you are!

Kami dan rekan-rekan asing lainnya yang belajar Water Resource Engineering di IIT Roorkee-India ini, tidak bisa melepaskan diri dari nama Khosla. Sejak awal kami turun dari bus penjemputan di kampus ini, nama pertama yang kami lihat adalah Khosla, yaitu nama Hostel kami A.N. Khosla Bhawan. Selagi belajar di perkuliahan, kami masih lagi menemui nama Khosla di beberapa mata kuliah. Sewaktu kami ingin mencantumkan alamat tempat kami tinggal, lagi-lagi nama Khosla tidak bisa kami lewatkan. Pokoknya selama kami berada di kampus ini, di kota Roorkee ini, bahkan di negeri yang unik ini, nama tersebut masih sering kami temui. Khosla.... Khosla... Khosla..... makhluk apakah itu?. Ternyata setelah saya telusuri jejak – jejak Khosla itu, baru saya sadari memang keberadaan Departemen tempat kami belajar ini (Department of Water Resources Development & Management), bahkan institusi pendidikan yang cukup bergengsi ini (IIT Roorkee) tidaklah dapat melupakan nama Khosla atas jasa-jasanya, bahkan bagi bangsa India sendiri.

Mari saya ajak sekilas menelusuri jejak-jejak Khosla!


A.N. Khosla (1892-1984) : Insinyur ahli irigasi dan visionaris.

AJUDHIA NATH Khosla lahir pada tahun 1892 di Jallunder, Punjab Timur.Setelah lulus dari sekolah menengah tahun 1908, dia meraih B.A. dengan penghargaan dari Dayanand Anglo Vedic College, Lahore tahun 1912. Kemudian masuk the Thomason College of Civil Engineering pada tahun 1913 dan lulus tahun 1916.

Khosla memulai karirnya pada Seksi Irigasi di Departemen Pekerjaan Umum Punjab.
Tugas pertamanya (September 1917 – Maret 1921) adalah melaksanakan survey dan investigasi untuk Proyek Bhakra Dam. Selama kurun waktu tersebut, Khosla menghabiskan 18 bulan dengan bepergian ke Mesopotamia (Irak) sebagai Koordinator bersama the Indian Expeditionary Force. Selama bertugas, Khosla telah menunjukkan bakat inovatifnya dengan mengembangkan Khosla Disc untuk penepatan rata melintang sungai dan lembah sungai yang lebar. Dari tahun 1921 sampai 1926 dia terlibat dalam pembangunan Suleimanke Barrage.

Pada tahun 1931 Khosla ditugaskan ke Amerika Serikat dan Eropa untuk mempelajari reklamasi tanah, waterlogging, dan teknik-teknik terbaru dalam perencanaan dam. Sekembalinya dia ditempatkan pada Proyek Panjnad Sutlej Valley Canals.

Pengembangan Sumber Daya Air (Water resources development)

Antara bulan Juni dan September 1936, sewaktu bertugas di Cabang Hafizabad, dia menulis sebuah mahakarya dibidang teknik sumber daya air, yaitu The design of weirs on permeable foundation. Penerbitan bukunya tersebut telah mengubah secara drastis teknik desain struktur-struktur bangunan air di India dan luar negeri. Buku tersebut tidak hanya secara jelas menerangkan aspek-aspek teori aliran rembesan bawah bendung (seepage flow) namun juga menampilkan metoda yang lengkap, simpel dan andal bagi pendesainan bendung / dam. Khosla berkesempatan menerapkan metodanya pada perencanaan Trimmu Barrage, yang pembangunannya hanya selama 2 tahun (1937-1939), dari normalnya semestinya 4 sampai 5 tahun. Atas prestasinya yang luar biasa itu, Khosla dipromosikan sebagai Superintending Engineer di tahun 1939 dan Chief Engineer di tahun 1943. Di dalam kedua kapasitas ini, Khosla bertanggung jawab pada proyek Bhakra Dam yang dibanggakan itu.

Di tahun 1945 dia ditunjuk sebagai First Chairman dari Central Waterways, Irrigation and Navigation Commission yang baru dibentuk. Selama delapan setengah tahun pengabdiannya, Khosla telah membentuk lembaga ini menjadi sebuah organisasi terkemuka di dunia diantara organisasi-organisasi sejenisnya, dimana lembaga ini juga melaksanakan perencanaan desain pembangunan proyek-proyek sumber daya air yaitu Bhakar, Chambal, Damodar Valley, Hirakund, Kosi, Narmada dan Tapti. Menjelang tahun 1950, Bhakra Control Board didirikan. Khosla ditunjuk sebagai Vice-Chairman dan akhirnya Chairman dari Board of Consultant.
Mahanadi Valley Project diselesaikan pada awal 1957, dengan rekor waktu 12 tahun, dari mulai proyek sampai penyelesaian proyek dengan skala sebesar itu. Oleh sebab itu, Khosla dijuluki “the Father of the River Valley Projects in India”.

Sebagai Sekretaris Khusus Pemerintah India (1953-1954), Khosla memimpin delegasi ke PBB untuk penyelesaian sengketa dengan Pakistan atas masalah Sungai Indus. Negosiasi ini berakhir pada proposal Bank Dunia yang menjadi dasar Water Treaty antara India dan Pakistan.

Pembangun Lembaga Pendidikan (An institution-builder)

Pada tahun 1945, Khosla diangkat oleh Perdana Menteri Jawaharlal Nehru sebagai Indian Vice-Chancellor pertama dari almamaternya, the Thomason College of Civil Engineering, yang diubah namanya pada tahun 1948 menjadi University of Roorkee, dan terakhir menjadi Indian Institute of Technology Roorkee (2002).
Prestasinya di bidang yang benar-benar baru ini tidak kalah luarbiasanya dari seorang insinyur yang profesional. Selama pengelolaannya dari tahun 1954 sampai 1959, Khosla telah berhasil mengubah institusi pendidikan ini dari college yang kecil bereputasi menjadi Universitas Teknik terpandang, mencakup pendidikan sarjana dan pasca sarjana dimana dia juga terlibat dalam penelitian dan pengembangan (litbang). Dia adalah pendiri dua departemen teknik spesialis, yang membuat Universitas ini terkenal didunia international yaitu
Water Resources Development Training Centre
(sekarang WRD&M Dept.) dan the School of Research and Training in Earthquake Engineering Department. Dia memperoleh penghargaan Doctor Honoros Causa dari Universitas ini.

Pada tahun 1959, Khosla diminta oleh Jawaharlal Nehru untuk menjadi anggota Planning Commision. Sebelumnya dia juga adalah anggota Rajya Sabha dari April 1958 sampai Oktober 1959. Pada tahun 1962, dia dilantik sebagai Gubernur Negara Bagian Orissa, sekaligus menjadi insinyur profesional pertama yang diberi jabatan setingkat itu. Penunjukkan ini menjadi peristiwa bersejarah bagi para Insinyur di negara India. Selama 6 tahun jabatannya sebagai Gubernur, dia bekerja semata-mata untuk kesejahteraan negara bagian tersebut. Aktifitasnya tidak terbatas hanya pada bidang formil saja, tetapi dia juga telah menyumbangkan banyak uang dari saku pribadinya untuk pendidikan bagi kaum wanita dan penduduk kampung di daerah-daerah terbelakang Orissa.

Setelah pensiun tahun 1968, dia masih mendukung institusi-institusi tersebut baik dari uangnya sendiri ataupun dari sumbangan masyarakat. Jasa-jasanya masih dikenang oleh rakyat di negara bagian itu.

Dr. Khosla dianugerahi penghargaan Padma Vibhushan pada tahun 1968 oleh Pemerintah India. Dia meninggal pada usia 92 tahun, dan tetap aktif dan dinamis sampai hampir akhir hayatnya sebagai ahli irigasi dan visionaris.

Pernah terlintas dibenak saya, kalau calon dokter punya Janji Hipocrates, bisa-bisa juga suatu hari nanti calon Water Resources Engineer dari IIT Roorkee ini berkewajiban moral mengucapkan Janji Khosla. Tapi apa ya kira-kira bunyinya.

Sekali lagi saya tidak bisa melepaskan nama Khosla di bagian akhir tulisan ini, ya, memang tulisan ini saya buat di kamar saya tercinta, kamar S-9 A.N. Khosla Bhawan.



di depan hostel kami, AN Khosla Bhawan


di depan hostel Khosla International House
(d/h. Asia-Africa Hostel)


dari berbagai sumber,
Suhu 22 derajat celcius di S9 Khosla Bhawan.
Near Winter, After Diwali and Near Ied, Oktober 2006.


Read more!

Thursday, October 19, 2006

NON LINEAR : perenungan kecil

Non Linier

Aku menolak untuk hidup linier!
Jadi bagian kumpulan titik stasioner,
pada satu sistem non-imajiner.

Karena sebuah langkah yang terprediksi
dari rangkaian titik ekstrapolasi,
hanya membuat kejutan di titik bifurkasi
jadi perulangan pengalaman yang basi!

Itu bukan puisi karya saya, puisi tersebut kebetulan saya temukan tercecer dilantai sebuah blog milik intelektual muda yang sedang menuntut ilmu di Jepang. Dalam pengembaraan saya di dunia virtual, kadang-kadang saya sengaja melongok masuk ke blog-blog orang lain dengan harapan siapa tahu bisa membawa pulang segenggam bait literer ataupun secarik ide kusam berlumuran karat digital. Setidaknya masih ada sisa-sisa sari yang dapat saya hisap.

Puisi itu memikat hati saya, pertama, karena unsur rimanya begitu mengena, kedua, kata-katanya bermandikan aroma ilmiah, ketiga, terasa sekali nuansa pemberontakan seorang anak muda dan setelah membaca puisi itu saya jadi gundah, saya ingat umur saya yang tidak belia lagi, sudah lebih dari seperempat abad ditambah sewindu.
Kenapa saya gundah? Seandainya dulu sewaktu saya masih belia, katakanlah baru lulus kuliah, baru jadi sarjana sudah menemukan puisi itu, mungkin jalan hidup saya tidak seperti ini.

Roh puisi itu cepat sekali merasuk ke dalam jiwa saya, bahkan disaat ini, apalagi sewaktu saya belia dulu. Mungkin jalan yang akan saya lalui penuh tantangan, mendaki, terjerembab, bangkit lagi dan jelas tidak linear seperti sekarang ini. Langkah-langkah kaki saya pastilah sangat dinamis, lincah melewati jalan yang berlubang, menghindari becek dan air kotor tergenang, dan bukan langkah yang statis dan pelan. Kehendak hati saya tentunya menggebu-gebu didorong oleh imaginasi yang liar menggelora, dan bukannya masuk sebuah sistem yang non-imajiner seperti ini. Ya, memang langkah kaki saya saat ini telah terencana karena sistem yang mengaturnya, walaupun kadang-kadang belum bisa ditebak, tapi bisa diprediksi dari jejak kaki yang lampau dan ayunan langkah berikutnya. Dinamikanya dingin dan tidak meletup-letup, paling-paling variasinya ketika ada langkah yang tidak sesuai rencana. Membosankan. Monoton. Ya, sistem yang pegang kendali.

Ah, sudahlah, itu hanya impian anak muda, sekarang tugas didepan sudah menunggu, menata hidup yang sudah teratur ini menjadi hiperbolik, tidak terlalu linear, ya memang saya rasa hidup kita di dunia ini laksana hiperbolik, suatu saat setelah berada dipuncak, kita pelan-pelan menurun tapi tidak sampai ketitik nadir lagi.
Sampai disini, anak muda itu salah, hidup tidak selalu linear, apalagi bagi orang-orang seperti saya yang tiap pagi masih harus selalu membersihkan kaca jendela dari embun ketika ingin melihat ke dunia luar. Tiap pagi kaca itu buram lagi karena embun yang jatuh dan berkumpul, apakah harus saya pecahkan kaca itu? Ah, sudahlah kalau kaca itu pecah, apalagi yang akan dibersihkan tiap pagi. Rutinitas ini kadang-kadang saya nikmati sambil bertanya-tanya akankah ada perubahan diluar sana hari ini setelah kaca ini bersih.

Lain waktu akan saya kembalikan puisi itu ketempatnya lagi, di blog anak muda yang intelektual itu. Paling tidak saya sempat merasakan gejolaknya. Tidak lebih.


Khosla Bhawan, menjelang Winter 2006.


Read more!

Wednesday, October 11, 2006

KIRAN DESAI


Indian novelist Kiran Desai won the Booker Prize on Oct 10, 2006 and become the youngest woman ever to capture one of the world’s most prestigious literary awards.


She won the £50,000 prize at her first attemp for her sweeping novel
The Inheritance of Loss, while her mother Anita Desai was three times shortlisted for the Booker.
Right till the end, Desai had been rated a rank outsider and 5th to win on the six-name Booker shortlist.

The extraordinary achievement makes the 35-year-old Desai the youngest woman ever to win the Booker, after nine years a distinction previously enjoyed by
Arundhati Roy.

“The debt I owe my mother is so profound that I feel the book is hers as much as mine,” she told the distinguished gathering.

Desai engagingly admitted that The Inheritance of Loss, an exploration of post-colonial chaos and despair in
Kalimpong and Manhattan that took her eight years to write, did revolve around the same initial storyline as Anita’s novel Fire on the Mountain (1977).

Water Resources Devt. In IIT Roorkee-India
.

Read more!

Monday, October 09, 2006

THE WORLD IS NOT ENOUGH


BUMI INI TIDAK CUKUP BAGI INDIA & CINA YANG TERUS BERKEMBANG

Bumi ini kekurangan energi, lahan subur serta air sehingga India dan Cina yang padat populasi dan cepat perkembangannya dapat mengkonsumsi sumberdaya yang setingkat dengan negara-negara Barat, demikian laporan oleh sebuah think tank lingkungan hidup di Washington.

The Worldwatch Institute, demikian nama think tank tersebut, menyebutkan bahwa India dan Cina yang saat ini maju perekonomiannya (dulunya terkucil dalam ekonomi dunia), sekarang tidak hanya menjadi kekuatan ekonomi dunia, namun juga merupakan kekuatan planet yang sedang membentuk biospira global dan menentukan kebijakan-kebijakan ekonomi dunia.

Laporan State of the World 2006 itu mengatakan bahwa keajaiban ekonomi di India dan Cina saat ini dapat menyembunyikan krisis polusi air dan udara yang serius di negara-negara itu, sementara kebutuhan mereka akan sumberdaya mempercepat melambungnya harga-harga komoditi dan minyak dunia.

Kapasitas ekologi bumi ini sangatlah tidak cukup untuk memuaskan ambisi – ambisi Cina, India, Jepang, Eropa , Amerika Serikat (AS) serta negara-negara lain di dunia dalam cara yang berkesinambungan, demikian laporan setebal 244 halaman itu menyebutkan.

Seandainya India dan Cina, yang masing-masing populasinya 1 milyar lebih, digabungkan dengan pemakaian perkapita sumberdaya Jepang pada tahun 2030, maka mereka bersama-sama akan memerlukan seluruh isi planet Bumi ini untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Konsumsi perkapita minyak di India dan Cina, masing-masing 1/30 dan 1/15 dari pemakaian di AS. Bila saja mencapai setengah dari tingkat konsumsi AS, ini akan membuat kedua negara itu menkonsumsi 100 juta barel perhari, lebih dari total konsumsi dunia di tahun 2005 sebesar 85 juta barel perhari.

Menggambarkan grafik yang sama untuk konsumsi pangan, laporan itu menyatakan dengan seiringnya lahan pertanian yang menyempit dan dilanda masalah lingkungan, India dan Cina akan banyak mengimport pangan dari luar negeri dan akhirnya melonjakkan harga bagi konsumen.

AS yang populasinya 4.5% dari total populasi dunia dan mengkonsumsi sumberdaya dunia yang luar biasa besarnya, perlu untuk menggandeng India dan Cina sebagai pengambil keputusan dalam upaya global untuk menciptakan energi yang berkesinambungan.

Upaya untuk membujuk dua raksasa Asia itu bergabung seharusnya juga termasuk memberikan India dan Cina keanggotaan penuh Kelompok Delapan Negara Industri (G8), memasukkan Cina kedalam OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) dan memberikan India kursi tetap pada Dewan Keamanan PBB, demikian tulis laporan tersebut.

Water Resources Development, IIT Roorkee, India, 9 Oktober 2006.

Read more!

Wednesday, October 04, 2006

UMBERTO ECO



UMBERTO ECO’S ECO-NOMICS

Umberto Eco, born January 5, 1932 in Alessandria is an Italian writer of fiction, essays, academic texts, children’s books, and certainly one of the finest authors of the 20th century. Professor of semiotics at the University of Bologna, Eco’s brilliant fiction is known for its playful use of language and symbols, its astonishing array of allusions and references, and clever use of puzzles and narrative inventions.
His perceptive essays on modern culture are filled with a delightful sense of humour and irony. His ideas on semiotics, interpretation, and aesthetics have established him as one of academia’s foremost thinkers.

He teaches semiotics, the ‘scientific’ study of signs, a subject so complex and abstruse that only a few hundred people in the world have mastered its rudiments.
His breadth of knowledge is awe-inspiring : he speaks five modern languages fluently, is perfectly at home with classical Greek and laces his writing with long Latin quotations and obscure scholarly jokes. He is, to put it mildly, a colossus of learning, with the honorary doctorates and government honours to prove it.
Many claim he’s the most intelligent human being alive today.

The original title of a large essay written by Eco in 1975 on the subject of America’s obsession with simulacra and counterfeit reality. It was retitled Travels in Hyperreality in 1986 and included as the central piece in a book by the same title.

His Works :
The Name of the Rose
Foucault’s Pendulum
The Island of the Day Before
The Three Astronauts


His cool quotes :
1. “If I don’t have many things to do, I am lost”.
2. “The author should die once he has finished writing. So as not to trouble the path of the text”.
3. “Lying about the future produces history”.



S#9 AN Khosla Bhawan, IIT Roorkee, Roorkee – India, Oct 3,2006.
.

Read more!

TIPS dan TUTORIAL MEMBUAT BLOG BAGI PEMULA

•[1]Membuat Blog   •[2]Cara Praktis Promosi Blog (1)   •[3]Cara Praktis Promosi Blog (2)   •[4]Beasiswa Google Adsense   •[5]Kiat Membuat Abstraksi di Blogspot   •[6]Arsip Pull-Down   •[7]Permasalahan Posting Abstraksi   •[8]Pasang Foto di Profile Blogspot    •[9]Memaksimalkan Kerja Blogger   •[10]Membuat Link di Posting & Window Baru   •[11]Aksesoris Blog •[12]Apa itu Feed, RSS dan XML? •[13]Technorati: Direktori blog, Tag & Bookmark Online •[14]Supaya Di-Index Google: Google Sitemaps •[15]Mengapa Juwono Sudarsono nge-Blog •[16]Cara Daftar Google AdSense •[17]Google AdSense Referral •[18]Aggregator Blog Indonesia •[19]Membuat Link di Sidebar •[20]Membuat Menu Pull-Down di Sidebar •[21]Blogger Versi Baru (BETA) •[22]Mengapa Blog Melorot •[23]Daftar Iklan Adbrite •[24]Cara Membuat Marquee •[25]Tip Menulis di Blog •[26]Cara Pasang Kode HTML/Javascript di Blogger Beta •[27]Pasang "Recent Comments" di Sidebar


TIPS MENULIS DI MEDIA:

•[1]Daftar Alamat Email Media Koran    •[2]Bagaimana Memulai Menulis?    •[3]Meresapi Gaya Orang Menulis    •[4]Membina Hubungan dengan Media   •[5]Basis dan Topik Artikel   •[6]Biodata Penulis dan Honor Tulisan •[7]Nulis Buku, Pak Dosen! •[8]Menulis Surat Pembaca •[9]Menulis Artikel Bahasa Inggris


BLOG MAHASISWA & MASYARAKAT INDONESIA DI INDIA

Abdullah Elwazeen  • A. Fatih Syuhud  • Ahmad Qisai   • Aila El Edroos  • Dudi Rahman  • Fadlan Achadan  • Hasbi Assidiqi  • Hery Martono  • Irwansyah Yahya  • Joni Rahalsyah Putra  • Julkifli Marbun  • Jusman Masga  • Khairurrazi   • Lily Mumbai  • Lisa Cochin  • Lukman Nul Hakim  • Mario  • Muhammad Ikhsan   • Mujazin   • Mukhlis Zamzami Chaniago  • Nasha Nadeera Cochin  • Pan Mohamad Faiz  • Purwarno Hadinata  • Putu Widyastuti Rudolf  • Rahmanita   • Rini Ekayati  • Rizqon Khamami  • Saifullah Hayati Nur  • Tasar Karimuddin  • Tylla Subijantoro  • Uci Mumbai  • Umi Kalsum  • YASER AMRI  • Yunita Ramadhana  • Zamhasari Jamil  • Zulfitri  • zulfikar karimuddin 


Insightful Blogger:

A Better World for All: Nadirsyah Hosen    • Agusti Anwar: Opinion Counts    • Ahmad Qisai: Politics and Society   • Eva Muchtar: Pilgrim of Life   • Gus Dur - KH Abdurrahman Wahid   • Hermawan Kartajaya re:thinking marketing   • Indonesia Anonymus    • Indonesia Today by Yosef Ardi   • Jennie S. Bev Author Professor Consultant   • Juwono Sudarsono   • Martin Manurung   • Ong Hock Chuan    • Paras Indonesia    • Sarapan Ekonomi | Indonesia's Economy   • saya--My Philosophy   • WIMAR WITOELAR: Perspektif Orang Biasa   


Global Blog Directory:

Who links to me?  •Global Voices   •Kinja Blogger Indonesia   •Kinja Beasiswa Indonesia   •Blogdigger

Kinja, the weblog guide